Jumat, 11 November 2016

TARIGAN SILANGIT GUNUNG MERIAH

 
 
"MERGA TARIGAN SILANGIT"
 
Mejuah - juah 
 
Tarigan silangit  adalah salah satu merga  Tarigan yang ada di dalam lima rumpun marga besar  dalam suku Karo di Indonesia.
Tarigan silangit berasal dari  Gunung Meriah, Kecamatan Gunung Meriah, Kabupaten Deli serdang, Provinsi Sumatra Utara.
Tarigan silangit terkenal dengan ilmu Ndikarnya (silat karo) dan ilmu pergaulan dalam perantauan dalam menempatkan diri dalam berbaur dilingkungan masyarakat sekitar atau sering di sebut ( Percakap - cakap).
 
Merga Tarigan Silangit pada saat ini, telah banyak keluar dari Kuta pantekkennya (Kampung yang didirikan) Gunung meriah.  Dan yang tinggal pada saat ini hanya sekitar 20% saja pada ruang lingkup masyarakat Gunung meriah  dan berbaur dengan marga lainnya . Sebahagian besar Keturunan/generasi Tarigan silangit telah banyak menetap di luar Gunung Meriah atau di tanah perantauan untuk mengenyam pendidikan dan mengais rezeki, dan menetap di tanah perantauan tersebut.
Seperti ada yang ke Paribuan, Negeri Dolok, Dolok Silau, Cingkes, Lubuk Pakam, Pantai Cermin, Sinar Gunung, Jakarta, Medan, dll.
 
Pada dasarnya, keturunan merga Tarigan silangit yang telah lama menetap di tanah perantauan bahkan sudah berkeluarga, biasanya menyempatkan diri untuk pulang kampung ke Kuta Kemulihennya Gunung Meriah (1) Satu Tahun sekali atau (3) Tahun sekali untuk berkumpul dengan keluarga yang masih menetap disana (Gunung meriah) yakni pada saat acara tahunan "Kerja Tahun Rebu - Rebu" yang dilak sanakan setiap satu tahun sekali pada bulan juni.
 
 
Tarigan silangit berasal dari Gunung Meriah...
  
Dan saat ini juga banyak, Generasi Merga Tarigan silangit yang telah berkeluarga dan menetap di tanah perantauan, bingung dalam mencari akar dan batang dari Merganya Tarigan silangit, seperti kuta kemulihen dan familinya sangat - sangat banyak yang tidak tahu, karena mungkin proses kesibukan dan kurangnya komunikasi tentag pradatan, dan asal mula merga dan sistem adat karo dalam keluarga.
Maka dari itu.?
Mari kam kerina senina, turang ku ibas jabu Tarigan silangit  mergana dari generasi ke generasi radu ras kita untuk pesada arih (Ertutur) kerna Merganta enda untuk kedepannya sipertahanken lebih baik.
 

Kisah Rakyat Mengenai Tarigan

Marga Tarigan ini tadinya berdiam di sebuah Gunung, yang kini berubah menjadi Danau Toba. Mereka disebut sebagai bangsa Umang. Pada suatu hari, istri manusia Umang Tarigan ini mengeluarkan banyak darah saat melahirkan. Darah ini tiba-tiba menjadi kabut, dan kemudian jadilah sebuah danau. Cerita ini menggambarkan terjadinya Danau Toba dan migrasi orang Tarigan dari daerah tersebut ke Purba Tua, Cingkes, dan Tongtong Batu. Tiga orang keturunan marga Tarigan kemudian sampai ke Tongging yang waktu itu diserang oleh burung Sigurda-gurdi berkepala tujuh.
Karena seringnya terjadi kekacauan akibat serangan burung Sigurda -gurdi tersebut , Untuk itu Tarigan, memasang seorang anak gadis menjadi umpan guna membunuh burung Sigurda-gurdi tersebut.
ilustrasi burung sigurda - gurdi berkepala tujuh...

Di bawah gadis itu digalilah lobang tempat sebagai benteng marga Tarigan. Ketika burung Sigurda-gurdi datang dan hendak menerkam anak gadis itu, maka Tarigan ini lalu memanjat pohon dan menyumpit (eltep) kepala burung garuda itu .Enam kepala kena sumpit, akan tetapi satu kepala tesembunyi di balik dahan kayu. Salah seorang marga Tarigan ini lalu memanjat pohon dan menusuk kepala itu dengan pisau. Melalui kisah ini, marga Tarigan dikenal tangguh dan dapat mengalahkan musuh.
Beberapa generasi setelah kejadian ini, tiga orang keturunan marga Tarigan ini diberi nama menurut keahliannya masing-masing, yakni:
  • Tarigan Pertendong (ahli telepati).
  • Pengeltep (ahli menyumpit).
  • Pernangkih-nangkih (ahli panjat).     
 "Tiga orang keturunan Merga Tarigan dengan keahlian masing - masing
pada saat itu....

Tarigan pengeltep kawin dengan beru Ginting Manik. Di adakanlah pembagian wilayah antara penghulu Tongging dengan Tarigan Pengeltep. Tarigan menyumpitkan eltepnya sampai ke Tongtong Batu. Tarigan lalu pergi kesana, dan itulah sebabnya pendiri kampung (Simantek Kuta) di Sidikalang dan sekitarnya adalah Tarigan Gersang. Tarigan Pertendong dan Tarigan Pernangkih-nangkih tinggal di Tongging dan keturunannya kemudian mejadi Tarigan Purba, Sibero, Silangit dan Cingkes, baik yang di Toba maupun yang  Simalungun dan di Gunung Meriah. Beberapa generasi kemudian berangkatlah dua orang marga Tarigan dari Tongtong Batu ke Juhar, yang kemudian di Juhar dikenal sebagai Tarigan Sibayak dan Tarigan Jambor Lateng. Tarigan Sibayak mempunyai nama rurun Batu (laki-laki) dan Pagit (perempuan). Sementara nama rurun Tarigan Jambor Lateng adalah Lumbung (laki-laki) dan Tarik (perempuan).Kemudian datang pulalah Tarigan Rumah Jahe dengan nama rurun Kawas (laki-laki) dan Dombat (perempuan).

Submarga Tarigan

r "Rumah Pangguh atau Rumah si waluh jabu adalah sebagai rumah kalak karo khususnya merga Tarigan pada saat itu,,

  • Tarigan Tua kampong asalnya di Purba Tua dekat Cingkes dan Pergendangen.
  • Tarigan Bondong di Lingga.
  • Tarigan Jampang di Pergendangen.
  • Tarigan Gersang di Nagasaribu dan Beras Tepu.
  • Tarigan Cingkes di Cingkes.
  • Tarigan Gana-gana di Batu Karang.
  • Tarigan Peken di Sukanalu dan Namo Enggang.
  • Tarigan Tambak di Kebayaken dan Sukanalu.
  • Tarigan Purba di Purba, Cingkam.
  • Tarigan Sibero di Juhar, Kuta Raja, Keriahen Munte, Tanjong Beringen, Selakar, dan Lingga.
  • Tarigan Silangit di Gunung Meriah (Deli Serdang).
  • Tarigan Kerendam di Kuala, Pulo Berayan dan sebagian pindah ke Siak dan menjadi Sultan disana.
  • Tarigan Tegur di Suka.
  • Tarigan Tambun di Rakut Besi dan Binangara.
  • Tarigan Sahing di Sinaman. 

"Bujur i kataken kami man kam kerina orangtua kami ras kerina kade - kade ija salah lepakna informasi enda kami mindo maaf man bandu kerinana. Ras pe kami berharap masuken arah kam kerina apai pe la erndobah kerna Latar belakang ras pe sejarah bage pe Keturunen Merga Tarigan silangit ...?

"Bujur ras Mejuiah - juah" 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEJUAH - JUAH