Selasa, 22 November 2016

Tanggung Jawab dan Tangisan seorang Ayah




Ayah adalah superhero dan motivasiku....


Sore itu hujan deras mengguyur, di sebuah pinggiran Kota Medan , terlihat seorang Bapak setengah baya dengan tergopoh-pogoh mendorong sepeda motornya yang tiba-tiba mogok di jalan,sekujur tubuhnya basah kuyup dan sedikit terlihat menggigil menahan dinginnya hempasan angin di sertai hujan yang menusuk-nusuk seluruh sendi tulangnya bagaikan tertusuk jarum-jarum kecil.




Bapak tersebut sedang mendorong sepeda motornya,,,

Alkisah pria tersebut pun menepi di sebuah halte yang sepi, ia memilih untuk tidak terlalu memaksakan fisiknya yang mulai melemah. Di pinggiran halte ia parkirkan sepeda motor bebeknya itu, ia pun duduk sambil mengibas-ngibaskan pakaiannya dengan maksud agar baju yang ia pakai tidak terlalu basah kuyup. Belum lama ia duduk di halte tersebut tiba-tiba ada sepasang anak muda lelaki dan perempuan berambut panjang yang ikut menepi di halte itu,sepertinya mereka anak-anak SMA, tapi anehnya sore itu adalah hari sabtu, seharusnya anak SMA sudah pulang sejak siang tadi,karena pemandangan tersebut sudah lumrah di kota besar ini(Medan) maka si Bapak tidak terlalu mempedulikan mereka berdua hingga si bapak tersebut mendengar suara perempuan yang ia rasa tidak asing di telinganya,maka ia pun berbalik menjadi penasaran, kedua remaja tersebut duduk tanpa melepaskan helm mereka sehingga wajah mereka pun tampak samar.




Halte tempat Bapak tersebut berhenti dengan sepasang anak muda...

Bapak tersebut berinisiatif untuk mendekati mereka berdua dan alangkah terkejutnya si bapak begitu pula perempuan muda tersebut, tapi entah karena alasan apa bapak itu cuma bilang “maaf dek,,,??
"Kalau boleh tau bengkel motor terdekat dari sini dimana ya??” 
Maka si pemuda SMA tersebut memberi tau detail lokasi dan alternatif tempat lain yang di rasa akan membantu permasalahan bapak tersebut, sedangkan sang perempuan muda hanya tertunduk malu,entah karena apa sepertinya hanya mereka berdua yang tau (Bapak dan perempuan muda) tersebut.

Singkat cerita si bapak pun pergi berlalu mencari bengkel yang ia cari, setelah ia selesai menservis motornya ia pun memacu motornya untuk segera pulang karena senja semakin menguning. Begitu sampai di rumah sang bapak di sambut manis oleh istrinya yang sudah lama menunggu dengan cemas .
“Bapak kok tumben pulangnya sore??, ibu khawatir loh pak?!”

“Iya bu…tadi motor Bapak tiba-tiba mogok di jalan, mana hujan deras lagi, tapi untung cuma masalah busi kok bu”

“Oia bu..si Desi mana??” ( nama anak bapak tersebut).

“Iya nih pak ibu juga cemas, tadi pagi sih pamitannya sehabis sekolah mau langsung ke tempat temennya untuk belajar katanya ada kegiatan gitu, ibu lupa…kegiatan apa..!!”
Tapi sampai sekarang belum juga pulang pa..?
Ibu jadi cemas sama anak kita pa, sampai sekarang juga belum pulang kerumah..??

“Oh….ya sudah bu, mudah-mudahan anak kita baik-baik saja, mungkin karena hujan jadi dia agak terlambat”
“Iya pak ibu juga berharap begitu..!!
Belum sempat si Bapak beranjak ke kamar mandi,terdengar suara ketukan pintu.
Syalomm??”
“Syalom, ia tuggu sebentar..
Si ibu mau membuka pintu langsung di cegah sama si bapak,” biar bapak bu yang buka..”
“Pak jangan di marahi ya anak kita,kasihan…”
“Ibu tenang saja bapak gak bakal marah-marah kok”
Pintu pun di buka oleh si Bapak dan sesosok perempuan muda yang ia jumpai di halte tadi terlihat tertunduk lesu tanpa berani mengangkat sedikit pun mimik wajahnya.


Pintu dibuka si Bapak,,,

“Desi ayo masuk nak nanti kamu masuk angin…” tegur sang Bapak kepada perempuan muda tersebut yang tidak lain adalah putrinya sendiri. ”Ayo masuk nak kamu kenapa sih kok mukanya pucet..?
Kamu sakit ya?” sambung ibunya 
enggak apa-apa bu, jawab Desi..?
Pa, Bapak mandi dulu. Ibu udah siapin airmandi untuk Bapak..??

“Ya sudah biar Desi aja dulu bu, yang mandi , air hangat untuk bapak biar di pake dulu,Bapak mau bersih-bersih motor dulu”si Bapak pun keluar rumah menuju motor kesayangannya.
“Ayo Desi..kamu kenapa sih nak??” tanya si ibu
“Enggak kok bu…cuma kedinginan”
“ya sudah mandi dulu sana pake air hangat,ibu mau ngerebus air buat Bapak kamu lagi”

“Iya bu…”

Singkat cerita malam itu suasana rumah menjadi agak canggung dimata Desi,ia merasa sangat malu dengan kejadian tadi sore di halte,dimana sang Bapak mengetahui bahwa anaknya jalan sama cowok, padahal hal tersebut di larang oleh bapaknya, namun ia masih tak habis pikir kenapa bapaknya tidak langsung memarahinya saat di halte malahan pura-pura tidak kenal anaknya sendiri. Hal ini bener-bener membuat Desi gelisah sangat-sangat gelisah.



Ketika Desi keluar dari kamar ia jumpai ibunya sedang menina bobokkan adeknya yang masih berusia 4 tahun di depan TV yang merangkap sebagai ruang tamu mereka, karena sang ibu ikut tertidur maka Desi pun sangat hati-hati saat mencoba membuka pintu depan,setelah membuka pintu depan rumahnya ia dapati sang Bapak sedang duduk-duduk sendirian di teras rumah, sang Bapak terlihat murung dan sedih semakin dekat Desi melangkah semakin jelas bahwa sang Bapak sedang menangis, airmatanya mengalir membentuk garis-garis seperti anak sungai yang di lihat dari ketinggian,air mata sang Bapak berkilat-kilat terkena pantulan cahaya lampu teras.

Tangisan Bapak tersebut...!!







Desi pun duduk di depan Bapaknya sambil tertunduk malu,ia tidak berani membuka perbincangan karena ia sadar bahwa segala alibi yang ia ucap pasti malah menambah kesalahannya di mata sang Bapak.



“Bapak sedih….Bapak kecewa pada diri Bapak sendiri, ternyata selama ini Bapak terlalu percaya diri dengan cara Bapak mendidik kamu Bapak terlalu sombong di hadapan Tuhan sehingga Bapak memandang sebelah mata do’a untuk kebaikan anak yang seharusnya Bapak panjatkan setiap pagi dan sore, maafkan Bapakmu anakku atas sikap Bapak tadi sore yang berpura-pura tidak mengenalimu,Bapak sangat malu menjumpai anak kesayangan bapak sendiri dalam keadaan seperti itu,berduaan dengan lelaki sementara Bapak sudah tanamkan sebelumnya ke anak Bapak bahwa perbuatan itu diharamkan dalam Agama, tetapi ketika Bapak menemui kenyataanny sore tadi, Bapak mulai sadar ternyata apapun yang Bapak ajarkan ke anak Bapak tidak ada gunanya, tidak di ambil maknanya sehingga Bapak semakin sadar bahwa Bapak memang orang bodoh tidak pernah sekolah seperti kamu, Bapak hanya orang kampung yang mencoba mengadu nasib di kota medan ini dengan harapan bisa menyekolahkan anak-anak Bapak, agar nasibnya jauh lebih baik dibandingkan Bapaknya. Bapak akui memang Bapak bodoh na, sebenarnya Bapak cuma menjalani tanggung jawab saja sebagai orangtua yang wajib mendidik anak-anaknya namun bila mana anak punya pilihan hidup sendiri Bapak hanya bisa berdo’a agar anak bapak tidak salah melangkah ” dalam menjalani hidupnya.

Desi pun langsung bersimpuh dan berlutut di hadapan sang Bapak,ia pegang telapak tangan Bapaknya dan ia cium serta ia benamkan kepalanya di pangkuan sang Bapak sambil menangis sejadi-jadinya’.
Desi yang lagi menagis,,,

“Maafin Desi ya pak,maafin kesalahan Desi,maafin kelancangan Desi yang sudah berani melanggar pesan bapak…..!”
“Sudahlah jangan buat ibumu terbangun dan tahu masalah ini karena nanti hanya menambah kesedihannya saja..sudah..sudah Bapak sudah maafin kamu sejak kamu pulang tadi.

Bapak minta kamu lebih bijak lagi ya menanggapi nasehat orang tua,semua demi kebaikanmu sendiri bukan untuk kepentingan orang tuamu” anakku.

Desi benar-benar seperti baru terbangun dari tidur panjang,ia seakan baru sembuh dari pengaruh bius setan yang melenyapkan kesadarannya,ia begitu malu pada dirinya sendiri karena telah berani lancang terhadap sang Bapak yang sedemikian bijak membimbingnya,membesarkannya dengan penuh kasih sayang dan berbagai pengorbanan lainnya yang tak ternilai demi kebaikan dirinya.
Semenjak hari itu Desi pun berubah total,ia memilih menghindar dari pergaulan teman-temannya yang selama ini selalu mengajak untuk berhura-hura, pacaran etc ,kini ia lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan sekolah, meski hal tersebut mendapat banyak reaksi negative dari teman-temannya namun ia jalani dengan sabar dan memberi penjelasan kepada mereka secara bijak.

Terima kasih banyak ayah,,

Kini ia tahu bahwa kebahagiaan yang selama ini di cari oleh banyak orang ternyata salah satunya ada pada perbuatan berbakti kepada kedua orang tua dan keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MEJUAH - JUAH